
Liburan buatku nggak cuma soal healing atau cari spot Instagramable. Ada kalanya aku pengen sesuatu yang lebih dalam — semacam perjalanan yang bukan hanya melepas penat, tapi juga menumbuhkan rasa syukur dan koneksi spiritual. Dan ternyata, aku nemuin semua itu saat ikut tour religi di Sembalun, Lombok Timur.
Awalnya, aku pikir Sembalun cuma tempat transit sebelum mendaki Gunung Rinjani. Tapi siapa sangka, desa kecil di kaki gunung ini justru menyimpan kisah-kisah spiritual yang luar biasa. Dari makam ulama karismatik, masjid bersejarah, hingga tradisi keagamaan yang masih dijaga erat — semua jadi pengalaman yang membuka mata.
Sembalun: Lebih dari Sekadar Titik Awal Pendakian
Begitu masuk kawasan Sembalun, hawa sejuk langsung menyambut. Hamparan ladang bawang dan stroberi terbentang luas, dikelilingi bukit-bukit hijau dan langit biru bersih. Tapi di balik keindahan alam itu, Sembalun juga dikenal sebagai salah satu pusat perkembangan Islam tua di Lombok Timur. Banyak tokoh agama besar berasal dari sini, dan peninggalan sejarahnya masih bisa dikunjungi.
Aku sempat ngobrol dengan warga lokal saat mampir di salah satu warung kopi. Mereka cerita bagaimana peran para tuan guru di Sembalun dulu bukan cuma sebagai pengajar agama, tapi juga sebagai pemimpin masyarakat yang dihormati. Dan dari situ, rasa penasaranku makin besar untuk menelusuri jejak spiritual di tempat ini.
Ziarah ke Makam Tuan Guru Pancor Daya
Salah satu titik penting dalam tour religi di Sembalun adalah kunjungan ke makam Tuan Guru Pancor Daya. Meski tidak sebesar kompleks makam wali di Jawa, tempat ini selalu ramai dikunjungi peziarah, terutama saat haul atau momen-momen tertentu dalam kalender Islam.
Waktu aku datang, suasananya tenang. Beberapa orang sedang membaca wirid dengan pelan. Aku ikut duduk di salah satu sudut, mencoba meresapi energi yang ada. Aneh rasanya, meski tidak kenal siapa-siapa, aku merasa seperti “diterima” di tempat ini. Damai banget.
Yang bikin makin menyentuh, banyak warga sekitar yang dengan senang hati menjelaskan kisah hidup sang tuan guru. Cerita-cerita itu disampaikan dengan penuh rasa hormat, bukan sekadar sebagai sejarah, tapi seperti mengulang kenangan tentang seseorang yang sangat mereka cintai.
Masjid Kuno Sembalun Bumbung: Simbol Keteguhan Iman
Di tengah perjalanan, kami mampir ke salah satu masjid tertua di wilayah ini — Masjid Kuno Sembalun Bumbung. Masjid ini punya arsitektur yang sangat sederhana, jauh dari mewah. Tapi justru kesederhanaan itulah yang bikin aku merinding.
Bangunan utamanya masih menggunakan kayu tua dan atap ilalang. Di dalamnya, tidak ada ornamen berlebihan. Hanya mimbar kayu dan rak Al-Qur’an. Tapi begitu masuk, suasananya syahdu. Ada aroma kayu basah yang khas, dan suara angin dari celah-celah dinding seolah ikut mengaji.
Guide lokal yang mendampingi kami bercerita bahwa masjid ini dibangun oleh para tokoh agama zaman dulu yang datang dari wilayah Bugis dan Jawa. Mereka menyebarkan ajaran Islam sambil menyatu dengan adat lokal. Kombinasi budaya dan keyakinan itu masih terasa sampai sekarang.
Tradisi Reba dan Ritual Adat Bernuansa Religi
Tour religi di Sembalun bukan cuma soal ziarah. Ada juga pengalaman budaya yang kental unsur spiritualnya, seperti tradisi Reba. Reba adalah upacara adat tahunan yang digelar sebagai bentuk syukur atas panen dan berkah kehidupan. Tapi lebih dari itu, acara ini juga diisi dengan doa bersama dan pembacaan ayat suci.
Saat aku hadir dalam salah satu sesi Reba, suasananya sakral tapi hangat. Orang-orang berkumpul di bale adat, berpakaian rapi, dan membawa persembahan. Ada iringan musik tradisional, tarian simbolis, serta pembacaan kisah leluhur. Aku bahkan sempat ikut menyimak ceramah dari pemangku adat yang menjelaskan makna Reba dalam kehidupan spiritual masyarakat Sembalun.
Buatku, ini bukan hanya kegiatan adat — tapi juga refleksi. Bahwa spiritualitas itu bisa muncul dari kebersamaan, dari menghargai alam, dan dari mengenang perjuangan orang-orang terdahulu.
Alam yang Menyentuh Jiwa
Jalan-jalan religi di Sembalun nggak akan lengkap tanpa menikmati alamnya. Setiap kali aku berhenti sejenak di tengah perjalanan, aku bisa lihat betapa luasnya kebesaran Tuhan lewat ciptaan-Nya.
Bayangin aja: kamu duduk di bukit dengan latar Gunung Rinjani, mendengarkan suara angin dan gemericik air sungai kecil di kejauhan. Aku pernah sholat di salah satu gardu pandang yang menghadap langsung ke lembah hijau. Rasanya… luar biasa.
Di titik itu, aku sadar bahwa ibadah dan koneksi spiritual nggak melulu harus dilakukan di dalam masjid atau tempat khusus. Terkadang, alam adalah tempat terbaik untuk berdialog dengan diri sendiri dan Sang Pencipta.
Kenapa Harus Coba Tour Religi di Sembalun?
Pengalaman seperti ini nggak akan kamu dapatkan dari wisata biasa. Ini lebih dari sekadar perjalanan. Tour religi di Sembalun mengajak kita untuk menengok ke dalam diri, merenungi makna hidup, sambil tetap menikmati keindahan alam yang luar biasa.
Buat kamu yang cari suasana liburan beda, yang ingin jalan-jalan tapi juga mendapatkan ketenangan jiwa, tour religi ini bisa jadi pilihan tepat. Banyak kok pilihan liburan ke Lombok yang bisa kamu sesuaikan — mulai dari wisata alam, budaya, sampai religi.
Dan kabar baiknya, semuanya bisa kamu rangkai dalam satu itinerary yang utuh dan bermakna.
Dari semua perjalanan yang pernah aku lakukan di Lombok, tour religi di Sembalun ini punya tempat tersendiri di hati. Bukan cuma karena pemandangannya, tapi karena rasa hangat yang aku temukan di setiap pertemuan, setiap doa, dan setiap langkah.
Kalau kamu belum pernah mencoba jenis perjalanan yang seperti ini, mungkin sekarang waktu yang pas. Bukan hanya untuk mengenal Lombok lebih dalam, tapi juga untuk mengenal dirimu sendiri lewat perjalanan yang tenang, penuh makna, dan menyentuh jiwa.