
Pernah nggak sih kamu datang ke satu tempat, dan rasanya pengen langsung ambil kamera atau HP, lalu jepret terus-terusan tanpa jeda? Itulah yang aku alami waktu pertama kali menginjakkan kaki di Bukit Selong, Lombok Timur.
Sebenarnya aku nggak menyangka banyak hal. yang kupilih karena pengen liburan singkat. Tapi justru Bukit Selong yang diam-diam jadi highlight dari perjalanan ini.
Dan yang bikin seru, bukan cuma karena pemandangannya yang luar biasa, tapi juga karena spot-spot foto yang benar-benar “Instagramable”—dari angle mana pun, hasilnya tetap keren!
Menuju Bukit Selong: Sunrise yang Membuka Hari
Hari itu dimulai dari penginapan di daerah Sembalun. Masih gelap waktu kami berangkat, dan jujur, aku sempat bertanya-tanya, “Kenapa sih harus pagi-pagi banget?”
Tapi begitu sampai di kaki Bukit Selong dan mulai mendaki pelan-pelan, semuanya terjawab.
Langit mulai berubah warna. Dari gelap ke biru keunguan, lalu perlahan muncul semburat oranye keemasan yang menyinari barisan bukit di kejauhan. Dan di titik itu—di tengah rasa ngos-ngosan naik bukit—aku merasa seperti baru dikasih kejutan visual dari semesta.
Hamparan Sawah Warna-Warni
Sampai di puncak Bukit Selong, aku langsung terdiam. Di bawah sana, terbentang petak-petak sawah dengan warna yang berbeda-beda—hijau muda, hijau tua, cokelat, kekuningan—seperti lukisan abstrak buatan alam.
Ini bukan editan filter, bukan efek kamera. Tapi real, se-real itu.
Spot ini sering disebut “patchwork field” atau “ladang tambal sulam” karena bentuk dan warnanya yang unik. Dan jujur, ini adalah salah satu tempat terbaik untuk foto landscape di seluruh Lombok.
Beberapa teman dalam rombongan bahkan sudah siap dengan outfit khusus untuk foto. Tapi aku cukup dengan baju jalan-jalan biasa—karena latar belakangnya sudah secantik itu, baju apa pun pasti tetap kelihatan bagus.
Spot Kayu Bertuliskan “Bukit Selong”
Salah satu spot foto paling populer di sini adalah papan kayu bertuliskan “Bukit Selong” yang dipasang di depan area pandang. Di baliknya, view pegunungan, lembah, dan ladang-ladang itu membentang indah.
Beberapa orang bergiliran berfoto di sini, dan hasilnya memang Instagram-worthy banget. Tapi menurutku, spot terbaik justru ada di sisi samping kiri bukit, di mana kamu bisa duduk santai di batu besar sambil menghadap ke lembah.
Angle-nya lebih luas, lebih alami, dan cahaya pagi dari arah kanan bikin efek siluet yang cantik banget. Cocok buat kamu yang suka konsep foto ala “travel soul” atau caption melankolis.
Foto Human Interest: Warga Lokal yang Ramah
Selain lanskap dan spot selfie, yang bikin foto-foto di Bukit Selong terasa hidup adalah momen-momen candid bersama warga lokal. Di perjalanan turun, aku bertemu ibu-ibu yang sedang membawa rumput untuk ternak. Senyumnya lebar, meski terik mulai terasa.
Aku minta izin untuk mengambil foto, dan beliau malah bilang, “Boleh, asal kirim ke Instagram saya nanti ya.” Kami tertawa bareng.
Foto itu akhirnya jadi salah satu unggahan favoritku. Bukan karena estetiknya, tapi karena rasanya. Rasanya asli. Ada cerita di baliknya.
Tips Foto Instagramable di Bukit Selong
Kalau kamu berencana ke sini dan pengen hasil foto yang maksimal, aku punya beberapa tips berdasarkan pengalaman pribadi:
- Datang pagi-pagi banget. Golden hour di Bukit Selong itu luar biasa. Warna-warna langitnya magis.
- Pakai outfit dengan warna kontras. Warna-warna cerah seperti putih, merah bata, atau biru langit bakal stand out banget di tengah alam.
- Bawa tripod atau teman. Supaya kamu bisa ambil foto dengan framing lebih fleksibel.
- Coba ambil foto landscape pakai mode panorama. Karena view-nya luas banget dan cakep semua.
- Jangan hanya foto-foto. Sisakan waktu untuk duduk diam dan menikmati pemandangan. Kadang momen paling menyentuh datang bukan lewat lensa, tapi lewat mata langsung.
Cocok untuk Semua Jenis Traveler
Hal yang paling aku suka dari Bukit Selong adalah aksesnya yang cukup mudah. Tidak terlalu jauh dari Sembalun, dan pendakian kecilnya masih tergolong ringan. Bahkan keluarga dengan anak-anak bisa ikut.
Dan karena aku datang dalam rangkaian paket wisata 3d2n, semua sudah diatur—transport, guide, waktu kunjungan—jadi tinggal nikmati saja.
Dalam satu hari, aku bisa dapat foto-foto keren, pengalaman mendekat ke alam, dan interaksi hangat dengan penduduk lokal. Semua terasa seimbang.